Pages

Subscribe:

Senin, 17 Oktober 2011

Kumpulan Cerpen Terlaris 2011

Perahu Kertas
Saat itu, ada sesuatu yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Ketika bunga-bunga padi di sawah sedang mekar dan merekah, aku hendak berangkat sekolah. Kala itu masih pagi, dan embun masih tampak segar sehabis memecah dari gumpalan-gumpalan rindu di hatiku. Setelah semalam sebelumnya aku tak bisa memejamkan mata karena harus sibuk membayangkan wajahnya. Ya, aku di hantui bayangan wajahnya dengan segenap rasa rindu yang mendera-dera di dada. Aku berangkat ke sekolah melewati sesawahan hijau yang terasa amat sejuk karena semilir anginnya. Aku menyeberangi sungai kecil dengan jembatan seadanya sambil sedikit bersiul-siul kecil. Aku rasakan hari itu penuh semangat. Penuh gairah, luar biasa. Apalagi kalau bukan karena rindu, dan perasaan bahagia karena hendak bertemu dengan bunga yang merekahkan hatiku itu. Aku berjalan dengan santai dan masuk ke kelas. Teman-teman masih ramai bergurau di luar kelas. Sedangkan aku hanya diam duduk di bangku sambil membuka buku pelajaranku. Teman-teman masih saja ramai di luar. dan pada akhirnya aku jenuh juga di dalam kelas, aku keluar dan ikut bergurau dengan teman-teman yang lain. Aku bergurau sambil membawa buku tulis dan bulpen, sebab ke mana-mana pun aku selalu terbiasa dengan itu. Di balik keramaian teman-teman yang sedang bergurau itu, aku mencari-cari seseorang. Mendongakkan kepala dan memandangi gerombolan teman-teman yang sedang asyik bergurau ria. Waktu itu masih belum dimulai jam pelajaran. Ah, rupanya Dia baru datang sampai sekolah. Aku menghampirinya. Aku tersenyum di hadapannya sambil menyapanya dengan sedikit melambaikan tangan. Dia gadis yang cantik, berwajah teduh dengan bulu lentik di matanya. Aku menyukainya karena Dia tak seperti dengan gadis-gadis pada umumnya. Kala aku bergurau dengannya, ia hanya menundukkan muka sambil tertawa kecil. Dia pun sangat malu-malu ketika aku hampiri. Namun, tahukah dia jika semalam aku tak bisa memejamkan mata karena sibuk membayangkan tawa kecil yang amat manis itu.

"Apa pelajaran kamu sekarang?" Aku memulai pembicaraan dengan menanyakan perihal pelajarannya hari ini.

"Bahasa Inggris" Dia hanya menjawabnya seperti itu. Selalu singkat dan malu-malu.

"Ooww" Dan aku hanya menanggapinya dengan seperti itu. Sama seperti Dia. Singkat dan malu-malu. Kami masih sam malu-malu waktu itu.

Aku membuka buku tulisku dan menulis sesuatu di satu lembarnya. Dan Dia masih di sampingku sambil menundukan muka. Aku menulis kata-kata di satu lembar kertas yang aku ambil dari buku tulisku. Aku menulisnya dengan Aksara Jawa, berharap ia tak mengerti dengan maksud kata-kata yang aku tuliskan. Kemudian, aku melipat kertas itu dengan beberapa lipatan hingga membentuk seperti sebuah perahu. Perahu kertas, bolehlah kau menyebutnya.

"Aku mohon, kau simpan perahu kertas ini baik-baik!"

"Iya, insyallah saya akan simpan perahu kertas ini dengan baik"

"Aku menuliskan sesuatu di dalam kertas itu sebelum aku membuatnya menjadi perahu kertas. Kau tahu? perahu itu adalah tempat kita berteduh untuk menyeberangi perjalanan kehidupan yang amat panjang ini. Perahu kertas itu adalah lambang perjuangan dan usaha keras untuk menghalau segala rintangan yang ada. Aku harap kau mengerti dengan maksudku"

"Iya, saya mengerti" Dia hanya hanya mengangguk-angguk kepalanya sambil menundukkan muka.

"Kau tahu? Aku menuliskan sebuah harapan di dalam perahu itu. Oleh karena itu, sekali lagi aku mohon jagalah perahu kertas itu baik-baik"

"Iya, saya mengerti"

Hingga selama ini, sudah dua tahun dan Aku masih sangat yakin bahwa sejak itu hingga kini Dia pasti tidak mengetahui maksud harapanku itu. Sebab memang aku sengaja menulisnya dengan Aksara Jawa agar gadis itu tak mengetahui isi harapanku yang tertulis di perahu itu. Baiklah, untuk kali ini baiknya kau tahu. Dalam perahu itu aku menuliskan harapanku seperti ini, "Aku sangat menyayangimu, aku ingin suatu saat aku bisa mengarungi perjalanan hidup ini dengan perahu ini pula, bersamamu". Seperti itu lah kiranya harapanku, dan semoga kau masih menyimpannya baik-baik. Berbaik-baiklah di sana! duhai gadis berwajah teduhku.

0 komentar:

Posting Komentar